Dia ibuku.............................
Seseorang
yang ada didekatku namun terlalu banyak misteri kehidupan di balik
guratan-guratan keriput parasnya. Terkadang kami sulit untuk menerka apa arti
bahagia atau kesedihan yang dia rasakan dalam perjalanan hidupnya. Karena kami
tidak mampu menangkap apa yang saat ini sedang dia rasakan atau alami.
Seperti kondisi disaat kami kehilangan
dengan meninggalnya almarhum bapakku, aku melihat tidak ada satupun tetes air
mata yang jatuh dihadapan kami anak-anaknya, dengan tenang Beliau mendampingi
kepergian bapak saat dirawat di rumah sakit. Bahkan selanjutnya beliau dengan
tegas berkata untuk meminta kami segera berkumpul bersama-sama memandikan dan
mensucikan jenazah Bapak untuk terakhir kalinya serta segera membagi tugas kami
untuk menyiapkan pemakaman bapak sampai dengan selesai. Isak tangis kami akan
kehilangan tiba tiba sirna untuk segera melakukan persiapan terbaik apa yang
bisa kita lakukan untuk menghantar Bapak pada peristirahatannya terakhir.
Bahkan tangisan kami berubah menjadi senyuman dan canda tawa di malam harinya
disaat kami kumpul tiduran bersama karena kelelahan setelah acara pemakaman dan
tahlilan sambil bercerita tentang kenangan-kenangan indah kami dengan Bapak.
Ibu dengan tenang menemani kami sambil
ikut nimbrung bercerita tentang perkenalan dengan Bapak sampai kehidupan selama
mendampingi beliau. Itu ekspresi yang dapat aku tangkap dari sosok ibuku.
Pelukan dan genggaman tangan sanak saudara yang empati terhadap kedukaan kami
hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman ucapan terima kasih. Mungkin sama
dengan diriku pasti ada sekelebat pemikiran di benak mereka bahwa ibuku orang
yang tegar atau malah berpikir sudah tidak mencintai suaminya lagi. Apakah
salah orang berpikir seperti itu?
Tetapi di sisi lain pada suatu waktu ada
telepon untuk ibuku dari kakak-kakak ku diluar kota hanya untuk menanyakan
kabar dan keadaanya, aku yang menemaninya selama ini dikejutkan dengan suara
terisak isak ibu untuk menjawab pertanyaan anak-anaknya melalui telepon.
Jadi......... apa ibuku dibilang tidak
punya perasaan jika ada kondisi kedukaan besar kehilangan suami tanpa
meneteskan satu air matapun namun disisi lain menunjukan betapa halus perasaan
beliau dengan isakan air mata yang jatuh disaat menjawab kabar dirinya melalui
telepon pada anak-anak.
Dia ibuku.............................
Perempuan anak bungsu dari keluarga
Kepala Stasiun Belanda, sekolah HIS jaman Belanda atau setingkat Sekolah Dasar
jaman sekarang, yang selalu menerima olok-olok Nuk Ginuk karena badannya yang
montok disaat kecil oleh saudara-saudaranya dan mendapat perilaku sebagai anak
yang tidak istimewa dalam keluarganya.
Dia tidak cantik seperti kakak
perempuannya, dia bukan anak yang menonjol untuk menjadi pusat perhatian dari
keluarga yang lain (ada kakak yang sangat disayang oleh nenek mereka sehingga
seluruh warisan menjadi hak kakaknya, ada kakak yang di sayang kerabat dan
dilimpahi harta yang berlimpah).
Dia harus kalah dengan perlakuan
perbedaan fasilitas sebagi anak dengan cucu dari orang tuanya karena kelahiran
keponakan dengan usia yang tidak jauh dengan dirinya. Dia harus menerima
perlakuan perbedaan gender antara anak perempuan dan laki-laki dalam menempuh
dunia pendidikan dan kebebasan untuk berkreasi. Tapi jangan salah ibuku jago
berbahasa belanda dan bahasa jepang walau dia harus sembunyi-sembunyi dan
mendapat hukuman kalau ketahuan belajar bahasa jepang. Kakek adalah pegawai
Belanda namun dipecat oleh Jepang disaat berkuasa sehingga kebenciannya kepada
Jepang kadang terlampiaskan kepada ibu disaat tahu ibu bisa berbicara dan
bernyanyi dengan bahasa itu.
Namun kondisi dunia ini selalu berubah,
berputar seiring dengan berjalannya waktu dalam kehidupan ini.
Ada seorang laki-laki sederhana yang
jatuh cinta padanya dan meminangnya untuk menjadi istri seorang tentara dimasa
peperangan Indonesia. Secara alami dia dididik untuk menjadi seorang istri
tentara yang harus siap dengan segala kemandirian dan risiko ditinggal suami
pergi perang dengan kemungkinan kembali hidup 50% .
Namun kehidupan itu dilalui dirinya
dengan kemantapan hati hingga lahirlah kami ber – 8 saudara yang selama 19
tahun dilahirkannya di dunia. Dengan kondisi suami pulang dari perang, bikin
anak, hamil, ditinggal perang lagi nanti pulang tahun depannya anak sudah lahir
dan buat anak kembali dan seterusnya..... Bahkan kakaku nomer 3 ketemu bapak
pertama kali saat usia 2-3 tahun, yang lari ketakutan saat bapak mau
mengendongnya.
Hari kehari kehidupan keluarga semakin
membaik dengan semakin tinggi jabatan bapak yang harus diemban, hingga
puncaknya disaat ibu harus menjadi ibu ketua dharma wanita atau istri seorang
bupati/kepala daerah di suatu kota di Jawa Timur.
Dia ibuku.............................
Tiba-tiba tampil untuk pidato atau
memberikan pengarahan/sambutan pada acara-acara
didepan banyak orang di daerah sampai ke ibukota. Dia yang hanya lulusan
SD kalau dilihat dari ijasah pendidikan saat ini, seorang ibu rumah tangga
dengan 8 anak yang ditinggal perang suaminya, seorang perempuan .......
Banyak pelajaran dan hal-hal yang bisa
aku ambil dari kisah ibuku ini, yaitu
Bahwa Perempuan itu.....................
1. Misterius , seorang artis pemeran watak terbaik
dalam menampilkan dan menyembunyikan perasaan dan kondisi diri yang sebenarnya.
2. Un predictable, sulit ditebak, tak ada satupun
yang mengetahui apa yang berkecamuk dalam benaknya.
3. Controlable, Jago dalam mengendalikan dirinya
dalam segala kondisi.
4. Semakin besar tantangan atau permasalahan
semakin membuat dia kuat dan tegar dalam bertahan hidup.
5. Kondisi dan keadaan yang secara normal dikatakan
orang sangat biasa atau sederhana dapat membuat air matanya jatuh dan meluluhkan
hati/perasaannya.
6. Mudah beradaptasi dan memiliki fleksibilitas
yang tinggi dalam segala situasi dan kondisi kehidupan yang dihadapi.
7. Tidak ada kata “ TIDAK BISA” yang dilakukan oleh
seorang perempuan.
Kita perempuan, nenek, ibu, mbak, tante,
aku dan kalian semua adalah ciptaan terindah Allah untuk dunia ini.
Toek Dia
Ibukoe............................
Siti
Banoen, 16 Juli 1928 diusianya yang akan ke 87
Dengan
kenakalan dan kecentilannya dalam dunia kepikunan dimensia yang dijalani sekarang
ini.
Luv u Ibu... karnamu jadilah kami-kami
yang selalu mencintaimu.
Endang, Yanto, Retno, Heru, Rini,
Ratih, Joko dan akuuu............
Madiun,
15 April 2015
Lita
M Hastanti, ST, MT.
Posting Komentar